Nama : Febri Fitri Yani
Kelas : 3EB18
NPM : 23213354
PENALARAN
Teori Yang
Berhubungan Dengan Penalaran
§
Pengertian Penalaran
Penalaran adalah proses berpikir yang bertolak dari
pengamatan indera (pengamatan empirik) yang menghasilkan sejumlah konsep dan
pengertian. Berdasarkan pengamatan yang sejenis juga akan terbentuk
proposisi yang sejenis, berdasarkan sejumlah proposisi yang diketahui atau
dianggap benar, orang menyimpulkan sebuah proposisi baru yang sebelumnya tidak
diketahui. Proses inilah yang disebut menalar.
Dalam penalaran, proposisi yang dijadikan dasar
penyimpulan disebut dengan premis (antesedens)
dan hasil kesimpulannya disebut dengan konklusi (consequence).
Hubungan antara premis dan konklusi disebut konsekuensi.
§ Definisi Penalaran Menurut Para Ahli
- Keraf
(1985: 5) berpendapat bahwa Penalaran adalah suatu proses berpikir dengan
menghubung-hubungkan bukti, fakta, petunjuk atau eviden, menuju kepada
suatu kesimpulan.
- Bakry
(1986: 1) menyatakan bahwa Penalaran atau Reasoning merupakan suatu
konsep yang paling umum menunjuk pada salah satu proses pemikiran untuk
sampai pada suatu kesimpulan sebagai pernyataan baru dari beberapa
pernyataan lain yang telah diketahui.
- Suriasumantri
(2001: 42) mengemukakan secara singkat bahwa penalaran adalah suatu
aktivitas berpikir dalam pengambilan suatu simpulan yang berupa
pengetahuan.
§ Ciri – Ciri Penalaran
- Dilakukan
dengan sadar,
- Didasarkan
atas sesuatu yang sudah diketahui,
- Sistematis,
- Terarah,
bertujuan,
- Menghasilkan
kesimpulan berupa pengetahuan, keputusan atau sikap yang baru,
- Sadar
tujuan,
- Premis
berupa pengalaman atau pengetahuan, bahkan teori yang telah diperoleh,
- Pola
pemikiran tertentu,
- Sifat
empiris rasional.
§ Metode dalam Menalar
Ada dua jenis metode dalam menalar yaitu induktif dan deduktif, yaitu :
- Metode
Induktif
Paragraf Induktif adalah paragraf yang
diawali dengan menjelaskan permasalahan-permasalahan khusus (mengandung
pembuktian dan contoh-contoh fakta) yang diakhiri dengan kesimpulan yang berupa
pernyataan umum. Paragraf Induktif sendiri dikembangkan menjadi beberapa jenis.
Pengembangan tersebut yakni paragraf generalisasi, paragraf analogi, paragraf sebab akibat
bisa juga akibat sebab.
Contoh paragraf Induktif:
Pada saat ini remaja lebih menyukai tari-tarian dari
barat seperti breakdance, Shuffle, salsa, modern dance dan lain sebagainya. Begitupula dengan
jenis musik umumnya mereka menyukai rock, blues dan jazz. Tarian dan kesenian tradisional mulai ditinggalkan dan beralih mengikuti
tren barat. Penerimaan terhadap bahaya luar yang masuk tidak disertai dengan
pelestarian budaya sendiri menyebabkan kesenian dan budaya luar perlahan-lahan
menggeser kesenian dan budaya tradisional.
Beberapa
bentuk penalaran induktif adalah sebagai berikut.
1.
Generalisasi
Generalisasi
adalah proses penalaran yang bertolak dari fenomena individual menuju
kesimpulan umum.
Contoh :
·
Tamara Bleszynski adalah bintang iklan, dan ia
berparas cantik.
- Nia
Ramadhani adalah bintang iklan, dan ia berparas cantik.
Generalisasi:
Semua bintang sinetron berparas cantik.
Pernyataan
"semua bintang sinetron berparas cantik" hanya memiliki kebenaran
probabilitas karena belum pernah diselidiki kebenarannya.
2.
Analogi
Analogi
adalah cara bernalar dengan membandingkan dua hal yang memiliki sifat sama.
Cara ini didasarkan asumsi bahwa jika sudah ada persamaan dalam berbagai segi,
maka akan ada persamaan pula dalam bidang lain.
Analogi
dalam ilmu bahasa adalah persamaan antar bentuk yang menjadi dasar terjadinya
bentuk-bentuk yang lain. Analogi merupakan salah satu proses morfologi dimana
dalam analogi, pembentukan kata baru dari kata yang telah ada.
Contoh :
Arief
seorang alumni SMUN 1 Tegal dapat diterima kerja di perusahaan Pak Subur. Oleh
sebab itu, Nani yang juga lulusan SMUN 1 Tegal pasti dapat pula diterima kerja
di perusahaan pak Subur.
3.
Hubungan Kausalitas
Hubungan
kausal adalah cara penalaran yang diperoleh dari peristiwa-peristiwa yang
memiliki pola hubungan sebab-akibat. Salah satu variabel (independen)
mempengaruhi variabel yang lain (dependen).
Contoh :
Hubungan
kepandaian dengan kekayaan (Diasumsikan kepandaian membuat orang bisa kaya, dan
sebaliknya karena kaya orang mempunyai biaya untuk belajar sehingga pandai).
Kemarin Badu
tidak masuk kantor. Hari ini pun tidak. Pagi tadi istrinya pergi ke apotek
membeli obat. Karena itu, pasti Badu sedang sakit
2. Metode Deduktif
Metode berpikir deduktif adalah
metode berpikir yang menerapkan hal-hal yang umum terlebih dahulu untuk
seterusnya dihubungkan dalam bagian-bagiannya yang khusus. Pola penalaran ini
dikenal dengan pola silogisme. Penalaran deduktif (prosesnya disebut deduksi),
yaitu cara berpikir yang didasarkan atas prinsip, hukum, teori atau keputusan
lain yang berlaku umum untuk suatu hal atau gejala.
Contoh: Masyarakat Indonesia
konsumtif (umum) dikarenakan adanya perubahan arti sebuah kesuksesan (khusus)
dan kegiatan imitasi (khusus) dari media-media hiburan yang menampilkan gaya
hidup konsumtif sebagai prestasi sosial dan penanda status sosial. Penarikan
simpulan (konklusi) secara deduktif dapat dilakukan secara langsung dan dapat
pula dilakukan secara tak langsung.
Contoh:
Semua makhluk mempunyai mata.
(p. mayor).
Si Polan adalah seorang makhluk.
(p. minor).
Jadi, si Polan mempunyai mata.
(kesimpulan).
Macam-macam
penalaran deduktif diantaranya :
a.Silogisme
Silogisme
adalah suatu proses penarikan kesimpulan secara deduktif. Silogisme disusun
dari dua proposi (pernyataan) dan sebuah konklusi (kesimpulan). Dengan fakta
lain bahwa silogisme adalah rangkaian 3 buah pendapat, yang terdiri dari 2
pendapat dan 1 kesimpulan.
Contoh :
Premis
mayor : Semua siswa SMA
wajib membayar iuran bulanan.
Premis
minor : Ari adalah
siswa SMA.
Kesimpulan : Ari wajib membayar
iuran bulanan.
b.Entimen
Entimen
adalah penalaran deduksi secara langsung. Dan dapat dikatakan pula silogisme
premisnya dihilangkan atau tidak diucapkan karena sudah sama-sama diketahui.
Rumus Entimen:
PU : Semua A
= B : Pegawai yang baik tidak pernah datang terlambat.
PK : Nyoman
pegawai yang baik.
S : Nyoman
tidak pernah datang terlambat.
Entimen :
Nyoman tidak pernah datang terlambat karena ia pegawai yang baik.
§
Konsep
dan simbol dalam penalaran
Penalaran juga merupakan
aktivitas pikiran yang
abstrak,
untuk mewujudkannya diperlukan
simbol.
Simbol atau lambang yang digunakan dalam penalaran berbentuk
bahasa, sehingga wujud penalaran akan akan berupa
argumen.
Kesimpulannya adalah pernyataan
atau konsep adalah abstrak dengan simbol berupa
kata,
sedangkan untuk proposisi simbol yang digunakan adalah
kalimat (kalimat berita) dan penalaran menggunakan
simbol berupa argumen. Argumenlah yang dapat menentukan kebenaran
konklusi
dari
premis.
Berdasarkan paparan di atas
jelas bahwa tiga bentuk pemikiran manusia adalah aktivitas
berpikir yang saling berkait. Tidak ada ada
proposisi tanpa pengertian dan tidak akan ada penalaran tanpa proposisi.
Bersama – sama dengan terbentuknya pengertian perluasannya akan terbentuk pula
proposisi dan dari proposisi akan digunakan
sebagai premis bagi penalaran. Atau dapat juga dikatakan untuk menalar
dibutuhkan proposisi sedangkan proposisi merupakan hasil dari rangkaian
pengertian.
§
Syarat-syarat
kebenaran dalam penalaran
Jika seseorang melakukan
penalaran, maksudnya tentu adalah untuk menemukan
kebenaran. Kebenaran dapat dicapai jika syarat –
syarat dalam menalar dapat dipenuhi.
Ø Suatu
penalaran bertolak dari pengetahuan yang sudah dimiliki
seseorang akan sesuatu yang memang benar atau sesuatu yang memang salah.
Ø Dalam
penalaran, pengetahuan yang dijadikan dasar konklusi adalah premis. Jadi semua
premis harus benar. Benar di sini harus meliputi sesuatu yang benar secara formal
maupun material. Formal berarti penalaran memiliki
bentuk yang tepat, diturunkan dari aturan – aturan berpikir yang tepat
sedangkan material berarti isi atau bahan yang dijadikan sebagai premis tepat.
Kesalahan Penalaran
Salah nalar dapat terjadi di dalam proses berpikir utk mengambil keputusan.
Hal ini terjadi karena ada kesalahan pada cara penarikan kesimpulan. Salah
nalar lebih dari kesalahan karena gagasan, struktur kalimat, dan karena
dorongan emosi.
§ Salah nalar
ada dua macam:
- Salah
nalar induktif, berupa :
a.
kesalahan karena generalisasi yang terlalu luas,
- kesalahan
penilaian hubungan sebab-akibat,
- kesalahan
analogi.
2. Kesalahan
deduktif dapat disebabkan karena:
a.
kesalahan karena premis mayor tidak dibatasi;
b.
kesalahan karena adanya term keempat;
c.
kesalahan karena kesimpulan terlalu luas/tidak
dibatasi; dan
d.
kesalahan karena adanya 2 premis negatif.
Referensi :