Kilaunya Duniaku, Gelapnya Jiwaku
Karya : Febri Fitri Yani
Afi dilahirkan di sebuah keluarga
yang berada, keluarga yang dapat memenuhi segala kebutuhan Afi . sekarang , Afi
sudah berusia 17 tahun dan bersekolah di sekolah negeri unggulan di daerah
Jakarta Timur. Afi , siswi pintar di sekolahnya dan selalu aktif di kegiatan
sosial.
Pagi hari , saat Afi menuju ke meja
makan telah tersedia makanan tetapi di sebuah meja makan yang besar itu sangat
sepi sekali. Afi sudah tak asing lagi dengan keadaan seperti ini. Dalam hati
Afi berteriak :” selaluuuuu beginiii..... gue hidup di di rumah yang besar tapi
sepi kaya di hutan yang ga ada satu orang pun”. Saat Afi sedang makan , Bi Inah
menghampirinya :” Non , maaf mengganggu tadi nyonya sama tuan berpesan setelah
pulang sekolah harus segera pulang karena ada guru les dateng ke rumah untuk
mengajari non belajar”. Afi pun menanggapinya dengan tenang :” oh makasih ya
bi”.
Saat perjalanan ke sekolah , dalam
hati Afi berkecamuk : “kenapa yaa gue di lahirin di keluarga yang kaya , emang
sih enak gue bisa dapet apapun yang gue mau dan segala kebutuhan gue tanpa
diminta semua sudah tersedia , kaya sekarang aja gue ke sekolah ada mobil dan
sopir pribadi yang sudah siap anter gue kemana pun. secara materi emang hidup
gue sempurna tapiii.... apa gunanya kalau gue pergi ke sekolah aja orang tua
gue udah enggak ada , gue juga enggak pernah pamitan dan cium tangan sama
mereka. saat gue pulang sekolah dan sampai gue mau tidur , mereka juga belum
pulang ke rumah. mereka selalu sibuk dengan pekerjaannya, saat gue kecil pun
gue di urusin sama Bi Inah”.
Ketika
istirahat di sekolah , Afi hanya duduk di kelas dan melamun sambil melihat
beberapa temannya makan makanan yang du bawanya dari rumah.Afi merasa iri
dengan teman-temannya karena Afi enggak pernah seperti mereka yang di bawakan
bekal makanan oleh mamanya. Mereka sangat riang memakan makanan tersebut bahkan
sampai ada yang bertukar lauk – pauk . tanpa sadar air mata Afi menetes.
Saat
pulang sekolah , Afi berjalan kaki menuju suatu perkampungan pemulung yang
kumuh. Afi berjalan dengan riang karena ia yakn banyak anak didiknya yang sudah
menunggunya di sana. Afi merasa lega karena dapat mengelabui sopir nya dengan
mengatakan bahwa dirinya tidak bisa langsung pulang karena ada kegiatan rapat
osis. Sesampainya di perkampungan tersebut, Afi langsung di peluk oleh
anak-anak didiknya dan Afi sudah disiapkan beberapa makanan oleh orang tua dari
anak-anak yang di ajar oleh Afi. Afi merasa senang karena di tempat inilah Afi
mendapatkan kasih sayang , mendapatkan banyak perhatian walau bukan dari orang
tua kandungnya sendiri.
Sangking
nyamannya berada di tempat itu, Afi pulang ke rumah sudah larut malam. Ketika
Afi melewati ruang tamu , yang keadaan awalnya gelap seketika menjadi terang .
“Afiiiii...... dari mana saja kamu jam segini baru pulang” terdengar suara yang
tak asing lagi buat Afi . Afi menjawab dengan datar “ohhh ada mama sama papa
yang sudah pulang , kalian masih ingat kalian punya Afi ??? kirain kalian lupa”
sahut Afi dengan ketusnya. “Afi , apa mkasud ucapan kamu” teriak papa.
Mendengar suara papanya yang keras , Afi pun menteskan air mata . “pah , mahh ,
Afi lelah dengan semua ini, Afi hanya ingin kalian yang selalu ada di samping
Afi buakn seperti ini , Afi bangun tidur kalian sudah enggak ada bahkan Afi
sampai mau tidur lagi kalian juga masih enggak ada . Afi lebih rela hidup
sederhana asal Afi dapat kebahagiaan di hati Afi” ucap Afi sambil terisak-isak.
Mama dan papa nya Afi pun menangis dan
memeluk anak semata wayangnya itu. Mereka sadar selama ini mereka salah ,
mereka meminta maaf kepada Afi dan berjanji tidak akan mengulangi kesalahannya
lagi . Afi merasa senang mendengar ucapan orang tuanya dan merasa malam ini
adalah malam yang paling indah.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar